Perjuangan Panjang Di Balik Kesuksesan Klasik Beans

0
2466

Klasik Beans adalah koperasi petani kopi di Jawa Barat yang didirikan oleh Eko Purnomowidi bersama delapan orang temannya pada tahun 2008. Klasik Beans menaungi sekaligus menjadi mitra beberapa kelompok petani yang menanam berbagai Specialty Coffee dari Jawa Barat, salah satunya yang sedang naik daun di kancah perkopian internasional adalah kopi Gunung Puntang.

Hampir sepuluh tahun yang lalu Eko, nama panggilannya, merasa sangat prihatin dengan kondisi para petani kopi. Ia merasa aneh melihat petani di daerah Gunung Malabar membeli bibit kopi dengan harga mahal. Tidak masuk akal dan sebuah tindakan pembodohan, menurut hemat Eko. Bibit kopi itu tidak perlu beli, melainkan bisa berbagi dengan petani kopi lain.

Maka bersama delapan temannya, pada tahun 2008, Eko mengajarkan para petani cara menanam dan mengolah kopi dengan baik sehingga menghasilkan kopi yang berkualitas. Menurutnya, delapan temannya adalah anak-anak gunung yang berpengalaman sebagai relawan bencana alam sehingga mereka paham medan dan kondisi hutan. Bahkan, beberapa dari mereka adalah instruktur di SAR.

Sementara Eko sendiri selain anak gunung, juga memiliki pengalaman bekerja di perusahaan kopi di daerah Lintong, Sumatera, sejak tahun 2000. Eko sempat memberikan penyuluhan mengenai kopi di Sumatera, ia belajar otodidak dari buku buku tentang kopi dan dari pengalaman praktek di lapangan. Karena dasarnya sudah gemar pada tanaman dan alam, tidak begitu sulit bagi Eko untuk cepat menyerap informasi yang dibutuhkannya.

Mulanya Klasik Beans dibangun semata untuk advokasi bagi para petani kopi. Eko mengaku bahwa ia dan teman temannya tidak berdagang dan hanya berpikir untuk mengajarkan forestasi kepada petani.

Mereka kemudian melakukan workshop forestasi untuk petani dan saat itu hanya ada tiga petani yang mengikuti workshop. Setelah itu, mereka mulai melakukan pembibitan yang memakan waktu hingga delapan bulan. Pada saat bersamaan, pemerintah tengah gencar mendukung petani untuk menanam kopi di dataran tinggi karena selama ini wilayah pegunungan dipakai untuk menanam sayur. Gayung pun bersambut, Eko dan teman temannya merasa bahwa ide pemerintah sangat bagus karena kalau dataran tinggi ditanami sayur mayur akan terjadi tanah longsor.

Kegiatan advokasi yang dilakukan Klasik Beans meliputi penanaman, reboisasi, dan edukasi budi daya kopi. Awalnya anggota yang bergabung adalah petani di sekitar hutan dan kehadiran Eko dan teman-temannya juga tidak serta merta disambut dengan tangan terbuka. Petani menganggap mereka tidak tahu apa-apa tentang kopi, apalagi petani ini termasuk kelompok traditional yang agak sulit diyakinkan untuk menerima cara-cara bertani moderen.

Tak menyerah begitu saja, Eko dan kelompoknya berinisiatif melakukan sendiri di tanah garapan yang disewa. Setelah melihat hasilnya barulah petani berangsur angsur mau bergabung.

Hanya dalam tempo setahun setelah memulai dengan hanya beberapa puluh petani, kini sudah ada ribuan petani yang bergabung dalam koperasi Klasik Beans. Penghidupan petani pun mulai meningkat. Eko menjelaskan, peningkatannya tidak bisa dirata-ratakan karena setiap petani hasilnya berbeda. Kira-kira pendapatan petani bisa mencapai Rp 50-70 juta per tahun.

Selain cara menanam kopi, mereka juga mengajarkan efisiensi dana, misalnya untuk pembuatan kompos. Menurut Eko, awalnya para petani membuat kompos di rumah lalu dibawa ke kebun. Dalam setahun akan memakan uang banyak untuk biaya transportasi. Akhirnya, petani disarankan untuk membuat kompos di kebun dengan cara berkelompok dengan petani lainnya.

Sebelum para petani bergabung dengan Klasik Beans, harga kopi mereka hanya Rp 2.000/kg dan saat ini paling rendah Rp7.000/kg. Koperasi Klasik Beans juga bertanggung jawab untuk membeli biji kopi hasil panen karena punya pengolahan kopi sendiri. Namun koperasi tidak mengikat petani untuk menjualnya kepada Klasik Beans.

Eko menandaskan bahwa koperasi dan para petani memiliki kewajiban yang sama, yaitu menjaga keseimbangan dan kearifan alam lingkungan tempat kopi bertumbuh.

Sementara manfaat bagi petani, selain kehidupan mereka menjadi lebih baik juga memiliki lingkungan yang lebih baik. Selepas tiga tahun setelah adanya hutan pelindung untuk kopi, sumber mata air menjadi bersih karena di wilayah tersebut ditanami pohon-pohon yang beragam. Keuntungan lainnya, tubuh petani menjadi lebih sehat karena hasil pertanian yang tidak menggunakan pestisida maupun pupuk kimia.

Para petani yang tergabung dalam Klasik Beans mengaku mendapat banyak manfaat, antara lain mendapat pelajaran cara menanam kopi, membuat kompos hingga konservasinya, budi daya kopi yang sehat sambil merawat hutan dan membuat jalur air. Intinya, mereka belajar menanam, panen, hingga mengolah kopi. Selama ini keuntungan yang diperoleh dari hasil panen kopi cukup stabil dan harganya jauh dari tengkulak.

Klasik Beans saat ini sudah memayungi seribuan petani di Jawa Barat. Mereka juga mulai melebarkan sayap memberikan penyuluhan yang sama kepada petani kopi di Sumatera, Bali, dan Sulawesi meski masih sebatas pilot project. Jumlah anggota koperasi bertambah terus meski ada juga yang dikeluarkan. Klasik Beans menerapkan aturan main yang sangat ketat. Jika ada anggota yang ketahuan memakai pestisida dan pupuk kimia, maka tak ada kompromi ia langsung dicoret dari keanggotaaan koperasi. Tahun ini ada sekitar 30 petani yang dikeluarkan. Klasik Beans ingin menghasilkan biji kopi yang berkualitas, bukan minuman racun. Karena seduhan kopi ini akan diminum oleh orang, jadi harus bersih dan bebas kimiawi, termasuk hutan sebagai rumah tempat tumbuhnya kopi juga harus bersih.

Sampai saat ini ada ribuan hektar lahan di Jawa Barat yang dipakai untuk rumah kopi, ada yang milik petani sendiri dan milik Perhutani. Para petani yang memiliki lahan sendiri pun dibatasi tidak boleh menggarap lebih dari dua hektar dan jenis kopi yang ditanam lebih banyak arabika dan sebagian kecil jenis robusta. Biji kopi arabika dari hutan ini telah melambungkan nama Klasik Beans di antara para pembeli Specialty Coffee.

Dengan total lahan ribuan hektar, membuat jumlah produksi sangat tergantung pada musim hujan dan kemarau. Klasik Beans tidak fokus pada volume karena konsentrasi para petani anggota adalah mengurus kebun masing-masing agar budi daya kopi tetap sustainable. Produk koperasi bukanlah massal, melainkan produk berkualitas. Anggota koperasi juga dibebaskan menjual langsung ke buyer yang datang mencari produk. Prinsipnya, Klasik Beans menjalankan fungsi sebagai fasilitator untuk forestasi rumah kopi.

Sementara ini untuk memasarkan Specialty Coffee hasil garapan para anggota, mereka sering mengikuti pameran-pameran di luar negeri seperti di Perancis dan Amerika Serikat. Klasik Beans tidak membawa nama Klasik Beans namun membawa nama kopi Indonesia.

Saat ini koperasi telah berhasil menembus penjualan ke sejumlah negara di lima benua. Penjualannya kepada orang yang sudah dikenal, misalnya ada teman yang tinggal di sana lalu tertarik pada kopi, maka dia akan menjadi distributor di negara tersebut.

Selama hampir sewindu menjalankan Klasik Beans, kendala yang dihadapi adalah pada sosialisasi dan penyuluhan karena kondisi geografisnya yang jauh-jauh padahal untuk menyampaikan ide dan informasi harus sering bertemu langsung. Untuk menyiasati ini, Eko dan delapan temannya secara bergiliran memberikan penyuluhan, paling tidak seminggu sekali mereka melakukan pertemuan dengan para petani.

Klasik Beans tetap memegang teguh komitmen menjaga kelestarian hutan dataran tinggi di Indonesia. Koperasi pun tak segan merangkul anak muda untuk menekuni bidang pertanian agar tanah-tanah ini tidak dimiliki oleh perusahaan-perusahaan.

Dalam waktu dekat Eko dan teman-temannya akan membuat sekolah alam di Bandung untuk mengajarkan mengenai alam kepada anak-anak serta budaya-budaya yang ada Indonesia.  Konsep sekolah alam ini adalah kelak sekolah-sekolah umum akan datang ke sekolah alam mereka, kemudian diajari menanam padi atau budi daya lainnya. Kami ingin menitipkan tanah air kepada anak-anak muda yang kelak menjadi generasi penerus kami, kata Eko.

Kopi Gunung Puntang, sang primadona kopi gunung

Nama Kopi Gunung Puntang melambung saat transaksi kopi Indonesia digelar pada ajang Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, 14-17 April lalu. Dalam lelang, kopi asal perkebunan rakyat di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat itu dijual dengan nilai tertinggi.

Kopi Indonesia dipastikan akan terus mendapat tempat di hati para coffee geeks di Amerika Serikat. Dalam pameran itu juga dijajaki wacana untuk menggelar kegiatan SCAA Origin Trip ke Indonesia. Acara Origin Trip akan dijadikan sebagai momentum edukasi dan promosi kopi Indonesia untuk para roaster AS dengan petani dan supplier Specialty Coffee Indonesia.

Namun siapakah tokoh di balik ketenaran Kopi Gurung Puntang ? Dialah Ayi Sutedja. Konon Ayi, nama panggilannya mengalami titik balik di kehidupannya pada tahun 2011. Saat itu ia disergap rasa gamang ketika masih bekerja di sebuah perusahaan kelistrikan di Jakarta. Pria kelahiran Bandung ini rupanya menyimpan hasrat ingin kembali ke gunung dan bertani. Maklum, sejak SMA Ayi sudah menyukai kegiatan pencinta alam dan Gunung Puntang menjadi salah satu favoritnya. Saat kembali, dia melihat Gunung Windu yang berada di selatan Gunung Puntang rusak para akibat alih fungsi. Warga membabat tanaman keras dan menggantinya dengan kebun palawija.

Ayi pun berpikir keras memikirkan cara konservasi. Dia beruntung bertemu dengan Rahmat yang warga asli Gunung Puntang. Aki Mamat, panggilan lelaki itu, memberi motivasi kepada Ayi dan mendukungnya untuk melakukan konservasi di Gunung Puntang. Pada tahun 2011 itu, Ayi ikut berpartisipasi mengembangkan manfaat hutan produksi Gunung Puntang bersama beberapa rekannya. Awalnya ia tidak sengaja bercocok tanam kopi karena dalam benaknya ia hanya ingin melestarikan kawasan hutan Gunung Puntang agar kembali asri.

Perum Perhutani adalah kartu keberuntungan Ayi berikutnya. Dia membawa ide untuk menanam kopi di kawasan yang rusak ke Perhutani dan disambut baik. Lewat program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat, Ayi mendapat lahan sewa dari Perhutani.Setelah membentuk kelompok petani Murbeng Puntang, bantuan bibit kopi pun datang dari PT Olam, perusahaan yang bergerak di bidang agrobisnis. Lewat koperasi Sunda Hejo, PT Olam menyumbangkan bibit kopi varietas arabika. Ayi tidak akan melupakan jasa Sunda Hejo yang telah menghibahkan bibit kopi unggulan kepadanya. Dalam perjalanan, dia sempat menimba ilmu kopi dari sejumlah pakar kopi Indonesia, di antaranya Eko Purnomowidi, pendiri Klasik Beans. Ayi juga bergabung dengan Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI), salah satu asosiasi forum kopi nasional.

Perlahan kopi produksi kebunnya mulai dikenal. Pada November tahun 2015 lalu, Kopi Gunung Puntang berhasil merebut juara pertama dan ke dua di ajang Jakarta Indonesia Expo (JIE) yang diadakan oleh Kementerian Perindustrian. Setelah ajang itu, kopinya diberangkatkan ke Atlanta. Hasilnya sangat fantastis dan di luar dugaan Ayi. Kopi Gunung Puntang terjual menjadi kopi yang termahal. Para ahli kopi alias Q grader dunia pun memberi cupping score Kopi Gunung Puntang di angka 86,25.

Sampai saat ini, upaya Ayi merasa upayanya melakukan konservasi hutan belum selesai. Banyak petani masih melakukan pola usaha secara serampangan. Meskipun menanam kopi, mereka masih belum bisa meninggalkan tanaman sayuran. Banyak petani gunung menjadikan kopi hanya sebagai tanaman pagar di samping tanaman sayuran sehingga hasilnya kopi produksi mereka kualitasnya biasa saja.

Itu berbeda dengan cara Ayi membesarkan tanaman kopinya. Dia tidak risih harus menyapu hutan dan membersihkan gulma demi pertumbuhan yang sehat tanaman kopinya. Ayi sempat dituduh gila karena menyapu hutan tempat tanaman kopinya tumbuh, tapi ia terus melakukannya karena ingin memberi contoh kepada para petani cara mengurus tanaman kopi yang baik dan benar.

Dalam menanam, Ayi berprinsip bahwa tanaman yang baik akan tumbuh di lingkungan yang baik, bersih, dan bebas hama. Sama dengan manusia, anak akan tumbuh sehat dan kuat jika lingkungannya juga sehat. Bertahun-tahun setia kepada prinsip-prinsip baik budi daya kopi, Ayi pun layak memetik hasilnya. Cemooh berubah menjadi pujian. Tanaman Kopi Gunung Puntang tidak hanya menghijaukan kawasan gunung tetapi juga mengharumkan kawasan itu lewat aroma kopi yang khas hingga ke belahan dunia nun jauh di sana. Ayi berharap akan banyak orang dari Gunung Puntang mengikuti jejaknya sehingga kopi daerah tersebut menjadi produk unggulan dan menjadi kebanggaan Indonesia.