Minuman kopi pertama kali dikenal di Korea disinyalir saat Kaisar yang berkuasa saat itu mendapat persembahan minuman kopi dari seorang diplomat Rusia. Dalam sebuah jamuan diplomatik, Antoinette Sontag, saudara ipar duta besar Rusia menyajikan secangkir kopi nikmat kepada Kaisar, seketika Kaisar jatuh cinta pada minuman ini
Kaisar mengijinkan Antoinette Sontag membuka Dabang (kedai kopi) pertama di Korea pada tahun 1902. Awalnya Dabang hanya melayani para diplomat dan pejabat tinggi negara. Kopi saat itu adalah barang mewah yang hanya dapat dijangkau oleh kalangan masyarakat tertentu, sebuah simbol status westernisasi.
Pada tahun 1960-an, Dabang mulai dibuka untuk warga kelas menengah dan menjadi tempat populer untuk berkencan. Pada periode ini produksi kopi instan sudah bermunculan dan kehadiran kopi instan mulai diterima konsumen Korea. Tahun 1970-an menjamur Dabang2 bertema musik dengan in-house DJ di kalangan konsumen mahasiswa, termasuk mesin penjual kopi yang mulai marak. Budaya minum kopi di Korea perlahan berubah, dari yang asalnya untuk dinikmati masyarakat kelas atas meluas ke kelas menengah.
Kehadiran gelombang kedai kopi franchise asing di tahun 1990-an menyebabkan persaingan kafe franchise dan Dabang semakin meningkat. Penikmat kopi di Korea pun meng-update coffee knowledge mereka tentang gaya, cara olah, dan cara penyajian kopi dari berbagai negara. Dari sini kedai kopi tidak lagi sekedar tempat untuk minum dan nongkrong saja, tapi menjelma sebagai tempat bekerja dan aktivitas lainnya.
Korea termasuk negara dengan evolusi tercepat dalam budaya minum kopi. Dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi kopi dan terbentuknya kedai kopi di Seoul bahkan mengalahkan Seattle dan San Fransisco sebagai kota yang terkenal akan budaya ngopinya. Budaya minum kopi di Korea semakin berkembang dari masa ke masa. Tak heran di Seoul sendiri ada 284 outlet Starbucks, sementara di New York City hanya ada 277. Korea secara fantastis telah menghasilkan lebih dari 350.000 Barista bersertifikat, ini mengungguli jumlah karyawan Starbucks di seluruh dunia. Kini di Seoul hampir setiap 50 meter terlihat berbagai macam kedai kopi, baik untuk nongkrong, belajar, bekerja, atau sekedar main game.