Kopi Katalis merupakan coffee roastery yang didirikan oleh dua perempuan bernama Wulan Pusponegoro dan Ratna Yuliasari (Ree), masing-masing dengan latar belakang yang berbeda namun saling melengkapi. Wulan dengan profesi sebagai graphic designer dan sempat membuka sebuah kafe, pada awalnya belum sama sekali menekuni dunia kopi.
“Waktu saya punya kafe malah belum mendalami kopi, kemudian belajar tentang kopi dari teman, dia adalah salah satu ketua SCAI. Dari situ baru mengenal kopi yang benar. Namun usaha kafe saya lepas karena kuliah S2. Sepulang dari S2, saya ketemu lagi dengan Ree yang juga suka kopi dan sensory lebih tajam dari saya. “ ujar Wulan.
Sementara, Ree seorang copywriter yang memiliki hobi urban backyard farming sangat suka menjelajahi berbagai cita rasa kopi di seluruh Indonesia. Wulan dan Ree kembali bertemu, dan memproduksi cold brew sebagai karya awal mereka.
“..kami berpikir untuk mengeluarkan sebuah produk kopi yang mudah dinikmati, dan sekaligus memperkenalkan berbagai cita rasa kopi Indonesia. Waktu itu produknya adalah cold brew.” tutur Ree.
Semakin mendalami karakter setiap kopi, mereka tertarik untuk mendekati wilayah hulu, sesuai visi Kopi Katalis yaitu kembali ke alam. Sehingga, membangun roastery menjadi tujuan yang ada dalam benak mereka.
“…membangun roastery kecil yang membuat kami lebih leluasa mengeksplorasi biji kopi secara langsung dari petani, kebun, dan prosesor pasca panen. Jadi setelah hampir setahun di cold brew, kita baru mendalami roasting.” Wulan menambahkan.
Tantangan sebagai Roaster Kopi
Biji dari Kopi Katalis ditangani langsung oleh Ree dan Wulan. Idealisme ini timbul dari keinginan mereka untuk kembali ke alam, termasuk bekerjasama dengan petani dan kebunnya.
Selain itu, di sini, biji kopi disangrai dengan optimal untuk mengeluarkan cita rasa sesuai biji kopi yang ditangani.
“Setiap jenis kopi menawarkan tantangan berbeda, baik yang telah melalui masa tanam dan pasca panen yang baik maupun yang belum mendapatkan perawatan baik. Kami selalu berusaha sourcing secara berkelanjutan dan disangrai sebaik mungkin agar cita rasanya keluar,” jelas Ree, ketika ditanya kesannya sebagai roaster.
“Kesan yang menyenangkan datang dari pelanggan kami yang tidak hanya memberikan respon positif tetapi juga feedback berharga untuk terus memperbaiki kualitas sangrai kami,” tambah Wulan.
Menurut Wulan, menjadi seorang roaster itu sama seperti seorang masterchef, sebanyak apapun teori, skill dan teknik yang sudah dipelajari, seorang roaster harus bisa menggunakannya bukan hanya untuk memperbaiki kualitas sangrai tetapi juga untuk memenuhi ekspektasi pelanggan.
“Misalnya jika diminta sangrai dark roast, sebisa mungkin dark roast yang berkesan manis. Diminta sangrai untuk manual brewing, sebisa mungkin mengeluarkan karakter bebuahan atau bebungaan yang segar. Diminta jangan keaseman, sebisa mungkin dikeluarkanlah rasa manis yang lebih lama,” imbuhnya lagi.
True to the Beans, True to the Consumer merupakan hal yang ingin disampaikan sebagai profil Kopi Katalis. Biji kopi memiliki karakter yang bervariatif, yang dapat dipengaruhi oleh kepadatan, atau kadar air, belum lagi unsur terroir. Bagi Wulan dan Ree, saat mereka jujur mengikuti karakter biji kopi (beans), mereka dapat memahami di mana level acidity dan sweetness dari beans yang bisa mereka naikkan maupun turunkan. Tidak hanya itu, Wulan dan Ree juga mendengarkan keinginan klien, supaya penanganan beans tertentu dapat menjawab keinginan klien tersebut.
Sustainability Menjadi Keunggulan Kopi Katalis
Sebagai pebisnis, Wulan dan Ree tentu mengharapkan raw material yang bagus, namun ketika mereka dihadapkan dengan biji kopi yang kurang memuaskan, mereka tak lantas memutuskan kerja sama begitu saja.
“..kami sadar kalau petani kopi Indonesia banyak juga yang masih belajar, sama seperti kami, baru menyadari value biji kopi. Ada beberapa kasus di mana kami mendapat biji yang tidak memuaskan, tapi kami berusaha menelusuri sebabnya di hulu, dan menjadi bahan diskusi dengan kelompok tani agar mereka dapat meningkatkan kualitas green bean. Jadi tidak semerta-merta pembelian putus, tapi menjaga relationship dengan petani.” jelas Wulan.
Membangun bisnis kopi dalam jangka panjang, tidak terlepas dari bagaimana mengelola hubungan dengan hulu secara terus menerus melalui knowledge transfer termasuk penerapan ilmunya. Hal itu pula yang membuat Kopi Katalis selalu menjual kopi dari perkebunan kopi yang selalu memelihara perkebunannya secara konsisten. Sehingga, fokusnya bukan pada keunikan cita rasa kopi saat ini saja, tapi juga bagaimana menjaga cita rasa kopi ke depannya.
Anda tertarik mencoba biji kopi olahan dari Kopi Katalis? Bila Anda menyukai karakter biji kopi dengan rasa bebuahan pisang frambozen dan bunga, Anda wajib mencicipi biji kopi Argopuro Natural dari Jawa Timur yang dibina oleh koperasi Walida. Biji kopi ini menjadi salah satu favorit pilihan pelanggan Kopi Katalis.
Instagram : @kopikatalis